Selasa, 26 April 2016

KERAJAAN ISLAM MAKASSAR

KERAJAAN ISLAM MAKASSAR

Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan telah berdiri beberapa kerajaan seperti Gowa, Bone, Wajo, Luwu, dan Soppeng. Dalam perkembangannya kerajaan Gowa dan Tallo mengalami kemajuan yang lebih pesat dibandingkan yang lainnya. Hal ini disebabkan letak kerajaan ini  sangat strategis dan menguntungkan yakni terletak di tengah-tengah lalu-lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku. Kedua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo, yang rajanya telah menganut agama Islam bersepakat menyatukan kerajaan mereka menjadi kerajaan Islam Makassar. Rajanya bernama Sultan Alauddin. Ia semua bernama Daeng Manrabia, raja Gowa. Sedangkan Mangkubumi bernama Sultan Abdullah. Ia semua bernama karaeng Matoaya, raja Tallo.

Disamping memimpin pemerintahan, raja dan mangkubumi kerajaan Islam Makassar tersebut sangat giat pula dalam menyiarkan agama Islam. Oleh karena usahanya itu, Maka Makassar menjadi sebuah kerajaan Islam yang sangat kuat. Daerah kekuasaanya tidak hanya meliputi sebagian besar Sulawesi dan Pulau-pulau sekitarnya, melainkan juga sampai di bagian timur Nusa Tenggara.

Kerajaan Islam Makassar mencapai puncak kejayaannya ketika diperintah Sultan hasanuddin berkuasa (tahun 1654-1669). Ia adalah salah seorang cucu Sultan Alauddin, pendiri kerajaan Islam Makassar. Sultan Hasanuddin terkenal sangat gigih dalam menentang penjajah Belanda. Ketika Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan Hasanuddin agar melarang rakyatnya berdagang di Maluku, karena hal itu dianggap pelanggaran monopoli. maka Sultan hasanuddin dengan tagas menjawab: "Tuhan menciptakan dunia ini untuk kebahagiaan sekalian umat manusia. Ataukah tuan menyangka bahwa Allah mengecualikan pulau-pulau Maluku yang jauh dari tempat bangsa tuan ini semata-mata untuk perdagangan tuan".

Penjajahan belanda terus berupaya untuk menaklukan Sultan Hasanuddin. Pada waktu itu sedang terjadi perselsihan antara Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka, raja Bone dan Soppeng. Keadaan ini dimanfaatkan Belanda dengna menerapkan politik adu domba. Belanda dalam hal ini memihak Aru Palaka dan secara bersama memerangi Sultan Hasanuddin. Kemudian berkobar pertempuran hebat (tahun 1666-1669) antar Belanda (VOC) beserta Aru Palaka di satu pihak dengan Sultan Hasanuddin, dan Malaka Sultan Hasanuddin terdesak dan Makasar hampir jatuh ke tangan Belanda. Akhirnya Sultan Hasanuddin bersedia membuat perjanjian damai yang dikenal dengna perjanjian Bongaya (1667).

Walaupun perjanjian telah disepakati, namun Belanda yang licik selalu melanggar perjanjian dengan bertindak sewenang-wenang. Hal ini membangkitkan kembali kemarahan Sultan Hasanuddin. Kemudian ia mengangkat senjata kembali memerangi Belanda.

Dalam peperangan ini Sultan Hasanuddin mendapat tekanan hebat dari pasukan Belanda, maka akhirnya pada tahun 1669 Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah dan Makassar pun dikuasai penjajah Belanda. Meskipun demikian dalam diri orang-orang Makassar tetap tumbuh semangat anti penjajahan. karena itu banyak diantara merek yang pergi merantau ke Madura, Banten dan sebagainya membantu daerah-daerah yang masih berperang melawan Belanda.

LETAK KERAJAAN MAKASSAR
Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi  pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para  pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur  perdagangan Nusantara.
Pusat kerajaan terletak di Kecamatan Sombaopu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

SUMBER SEJARAH
Peninggalan sejarah dari Kerajaan Makassar itu, sudah hancur, namun masih jelas menunjukkan bahwa di sana pernah ada berdiri kerajaan.
 • Pengamat sejarah dan purbakala Sulsel, Drs Andi Amiruddin Burhanuddin, MSi, di Makassar mengatakan, situs peninggalan sejarah kerajaan Tallo yang masih tersisa di antaranya susunan batu-batu tembok benteng Tallo, sumur Baraniaya (bungung Baraniaya), batu pelantikan raja-raja Tallo, sedang bekas istana Raja Tallo, kini sudah tinggal onggokan- onggokan batu .
• Selain itu, di dalam wilayah bekas kerajaan Tallo itu terdapat pula kuburan dari Datuk Ribandang, salah seorang dari tiga sekawan ulama yang pertama kali menyebarkan agama Islam di Kerajaan Tallo dan Gowa yang kemudian menjadi agama resmi di Sulsel ini.





  •        Makam Raja-Raja Gowa Tallo
  • Benteng Fort Rotterdam


Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.



  • Masjid Katangka


Masjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali  pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.

Kehidupan Politik

Sultan Alauddin (1591-1639 M)
Sultan Alauddin sebelumnya bernama asli Karaeng Daeng Manrabbia dan merupakan raja Makassar pertama yang memeluk agama lslam. Pada pemerintahan Sultan Alauddin, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran dan perdagangan.
Sultan Alauddin (1639-1653 M)
Pada masa pemerintahannya, perkembangan Makkasar maju pesat sebagai badar transit, bahkan Sultan Muhammad Said juga pernah mengirimkan pasukan ke Maluku untuk membantu rakyat Maluku berperang melawan Belanda.
Sultan Hasanuddin (1653-1669 M)
• Pada masa pemerintahannya, berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar.
• Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone. Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
• Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing.
 • Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon.
• Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan.
• Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku.
• Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.
• Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar).
• Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.
• Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

• Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
1. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
2. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar. Benteng itu disebut Benteng Rotterdam
3. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makasar.
4. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
• Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda. Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

Raja Mapasomba
Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agara Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar kerajaan Makassar dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras daripada Ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil dihancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. Dengan kemenangan itu, Belanda berkuasa sepenuhnya atas Kerajaan Makassar.



Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Makassar yang terletak di barat daya Sulawesi itu sangat strategis. Karena terletak ditengah jalur perdagangan antara Maluku dan Malaka. Kerajaan itu kemudian berkembang pesat menjadi pusat perdagangan. Kegiatan perekonomian masyarakat Makassar bertumpu pada perdagangan dan pelayaran. Terlebih lagi masyarakat Sulawesi terkenal sebagai pelaut ulung dan pemberani dalam mengarungi samudera.

Berkembangnya Makassar sebagai pusat perdagangan di wilayah timur Indonesia mengakibatkan banyak pedagang asing seperti portugis, Inggris, dan Denmark berdagang di Makassar. Dengan kapal jenis pinisi dan lambo, pedagang Makassar memegang peranan penting dalam perdagangan di Indonesia.

Guna mengatur pelayaran dan perdagangan dalam wilayahnya, kerajaan Makassar menyusun hukum perniagaan yang disebut Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e.



Kehidupan Budaya
Karena kerajaan Makassar bersifat maritime maka kebudayaannya dipengaruhi oleh keadaan tersebut, seperti pembuat alat penangkap ikan dan kapal pinisi. Sampai sekarang kapal pinisi dari Sulawesi Selatan masih menjadi salah satu kebanggan bangsa Indonesia. Disamping itu, masyarakat kerajaan Makassar juga mengembangkan seni sastra, yaitu kitab Lontara.

Kehidupan Sosial
Masyarakat percaya norma-norma yang diatur berdasarkan Islam, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”  sedangkan rakyat kebanyakan disebut  “Tumasaraq”
 dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan
“Ata”.

Faktor kemajuan, beberapa faktor penyebab kemajuaan kerajaan ini adalah : 1. Kerajaan Makassar sebagai pusat persinggahan para pedagang internasional. 2. Kerajaan Makassar sebagai pusat perdagangan wilayah timur
 Faktor kemunduran, beberapa faktor penyebab kemunduran kerajaan ini adalah : 1. Di kerajaan Makassar terjadi pertentangan keluarga bangsawan, 2. Tidak ada regenerasi yang cakap.

1 komentar:

  1. Casino Game Provider | DRMCD
    Online Slots Games Provider. 강원도 출장마사지 Our 광양 출장안마 primary focus is on delivering exciting, unique and entertaining 논산 출장마사지 online 광주 출장샵 slot titles from around the world  Rating: 5 김포 출장안마 · ‎7 reviews

    BalasHapus